Bingung Bedain IPO, ICO, IEO, dan IDO? Ini Penjelasan Super Mudahnya!
Dunia investasi dan kripto semakin berkembang pesat, dan berbagai jenis penawaran publik seperti IPO ICO IEO dan IDO kini banyak digunakan oleh perusahaan dan startup untuk menggalang dana. Meski mirip, keempat istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan signifikan. Bagi kamu yang baru terjun ke dunia investasi atau kripto, memahami perbedaan ini sangat penting agar tidak salah langkah.
Artikel ini akan memberikan penjelasan yang sederhana namun lengkap tentang perbedaan antara IPO, ICO, IEO, dan IDO. Yuk, kita mulai!
1. IPO (Initial Public Offering) – Penawaran Saham Publik Pertama
IPO adalah singkatan dari Initial Public Offering, yang mungkin menjadi istilah paling familiar bagi kamu yang sering mendengar soal saham. IPO adalah proses di mana sebuah perusahaan menawarkan sahamnya kepada publik untuk pertama kali. Dengan membeli saham ini, investor akan memiliki bagian kepemilikan dalam perusahaan tersebut.
Ciri-ciri utama IPO:
- Perusahaan yang meluncurkan IPO sudah matang dan biasanya sudah memiliki rekam jejak yang stabil.
- Saham yang dijual dalam IPO dapat diperdagangkan di bursa saham.
- IPO diatur oleh badan pengawas keuangan seperti OJK di Indonesia atau SEC di Amerika Serikat, sehingga prosesnya sangat teratur dan terkontrol.
Contoh IPO: Ketika GoTo melakukan IPO pada 2022, mereka membuka kesempatan kepada publik untuk membeli sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Keuntungan:
- IPO memberi akses kepada perusahaan untuk menggalang dana dalam jumlah besar dari investor publik.
- Investor dapat membeli saham dan menjadi bagian dari kepemilikan perusahaan.
2. ICO (Initial Coin Offering) – Penggalangan Dana di Dunia Kripto
Berbeda dengan IPO, ICO atau Initial Coin Offering adalah metode penggalangan dana di dunia kripto. Alih-alih saham, perusahaan atau proyek yang meluncurkan ICO menawarkan token digital kepada investor. Token ini bisa mewakili aset, produk, atau layanan yang akan dikembangkan oleh perusahaan.
Ciri-ciri utama ICO:
- ICO biasanya dilakukan oleh proyek blockchain atau startup yang baru berkembang.
- Token yang dijual dalam ICO tidak memiliki kepemilikan langsung dalam perusahaan seperti saham pada IPO.
- Tidak diatur secara ketat oleh pemerintah, sehingga ICO lebih berisiko dibandingkan IPO.
Contoh ICO: Proyek Ethereum mengadakan ICO pada 2014 dan berhasil mengumpulkan lebih dari $18 juta, menjadikannya salah satu ICO paling sukses sepanjang masa.
Keuntungan:
- Investor bisa mendapatkan token dengan harga murah sebelum proyek tersebut menjadi besar.
- Jika proyek sukses, nilai token bisa meningkat secara signifikan.